SEMARANG, (Pikiran Rakyat).-
Program keluarga berencana (KB) merupakan program yang hasilnya baru
dapat dirasakan dalam kurun waktu yang cukup panjang. Kondisi ini
menyebabkan program KB tidak menarik perhatian untuk dijadikan program
pembangunan.
Demikian disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Dr. dr. Sugiri Syarief, MPA., pada
pemantapan Pengelola Kehumasan BKKBN dan Jurnalis Seluruh Indonesia di
Hotel Santika Semarang, Senin (14/11). "Wajar adanya bila selama
beberapa kurun waktu belakang urusan program KB sebagai bentuk
implementasi pembangunan SDM yang hasilnya akan dipetik di masa depan
hampir tersisihkan," katanya.
Padahal tambah Sugiri, program KB
dinyatakan sebagai urusan wajib, sesuai dengan PP NO. 38 tahun 2007
tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah
daerah propinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota. Selain itu, UU
No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga mengamanatkan lembaga pengelola program KB di kabupaten dan
kota adalah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Daerah.
"Sampai
saat ini hal tersebut belum dapat direalisasikan oleh pemerintah
kabupaten dan kota sehingga memberikan dampak belum optimalnya
pelaksanaan program KB sebagai salah satu program yang menunjang
pencapaian kualitas SDM," paparnya.
Di samping masalah
kelembagaan kata Sugiri, yang sangat mempengaruhi pelaksanaan program KB
di lini terdepan adalah keterbatasan tenaga penyuluh KB. Sampai saat
ini belum memenuhi standar pelayanan minimal Bidang KB dan Keluarga
Sejahtera dimana seharusnya satu petugas membina 2-3 desa. "Faktanya
sekarang ini satu petugas membina 4-5 desa. Hal ini berimbas pada
pengelolaan program KB di lini terdepan yang langsung berhubungan dengan
sasaran. Kondisi ini menyebabkan gerakan belum optimal," ucapnya.
Sugiri
juga memandang kelahiran penduduk yang junlahnya 3,5 juta per tahun
atau sekitar 10.000 kelahiran per hari nyaris tidak membuat masyarakat
terperangah. Padahal dengan kelahiran 10.000 bayi per hari merupakan
permasalahan yang luar biasa karena akan menimbulkan berbagai
konsekuensi terhadap pembangunan secara keseluruhan.
"Berbagai
persoalan sebagai turunan banyaknya penduduk yang lahir memerlukan
berbagai fasilitas yang harus disediakan demi kelangsungan hidupnya.
Banyaknya anak bukan hanya tanggung jawab individu dan orangtua, namun
terkait tanggung jawab kolektif pada level masyarakat dan negara,"
ucapnya.(A-62/A-147)***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar