Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah
mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya, mereka
akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks
sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus
terhadap anak-anak mereka.
Menurut Psikolog, Ridwan S.Psi, cukup banyak remaja saat ini yang melakukan hubungan seks pra nikah. “Salah satu penyebabnya, karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja. Tidak jarang orang tua yang tidak merespons pertanyaan anak mengenai seks. Bahkan anak harus menunggu besar dahulu untuk bisa mengetahui jawabannya,” ujarnya. Dikatakan, sebenarnya waktu terbaik untuk memberikan seks adalah sejak dini. Karena jika orang tua ataupun lembaga pendidikan, terlambat memberikan pendidikan seks, dikuatirkan anak akan mencari tahu sendiri mengenai seks. Baik dari internet ataupun teman.
Hal demikian, menurutnya, justru bisa berdampak negatif terhadap anak atau remaja. Karena bisa saja informasi yang didapatkan tersebut, justru salah. Sehingga, anak bisa menerapkannya dengan cara yang salah juga.Dicontohkannya, pada usia Balita, orang tua sudah bisa memberikan pendidikan seks kepada anak, dengan cara yang mudah. Seperti, mengenalkan kepada si kecil tentang organ-organ seks miliknya secara singkat saja, dan tidak perlu mendetail. Kemudian, pada saat menjelang remaja atau aqil baligh, orang tua bisa menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja.
Selanjutnya, pada usia remaja, menurutnya orang tua harus lebih intensif lagi menanamkan nilai-nilai moral yang baik. ‘’Pada usia remaja, seseorang akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Untuk orang tua perlu memberikan penjelasan mengenai kerugian atau dampak negatif mengenai seks bebas, seperti, tertularnya penyakit,” jelasnya.Pendidikan seks sejak dini bisa menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Menurutnya, tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks, yang dikuatirkan tidak benar.
Menurut Psikolog, Ridwan S.Psi, cukup banyak remaja saat ini yang melakukan hubungan seks pra nikah. “Salah satu penyebabnya, karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja. Tidak jarang orang tua yang tidak merespons pertanyaan anak mengenai seks. Bahkan anak harus menunggu besar dahulu untuk bisa mengetahui jawabannya,” ujarnya. Dikatakan, sebenarnya waktu terbaik untuk memberikan seks adalah sejak dini. Karena jika orang tua ataupun lembaga pendidikan, terlambat memberikan pendidikan seks, dikuatirkan anak akan mencari tahu sendiri mengenai seks. Baik dari internet ataupun teman.
Hal demikian, menurutnya, justru bisa berdampak negatif terhadap anak atau remaja. Karena bisa saja informasi yang didapatkan tersebut, justru salah. Sehingga, anak bisa menerapkannya dengan cara yang salah juga.Dicontohkannya, pada usia Balita, orang tua sudah bisa memberikan pendidikan seks kepada anak, dengan cara yang mudah. Seperti, mengenalkan kepada si kecil tentang organ-organ seks miliknya secara singkat saja, dan tidak perlu mendetail. Kemudian, pada saat menjelang remaja atau aqil baligh, orang tua bisa menerangkan mengenai haid, mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja.
Selanjutnya, pada usia remaja, menurutnya orang tua harus lebih intensif lagi menanamkan nilai-nilai moral yang baik. ‘’Pada usia remaja, seseorang akan mengalami banyak perubahan secara seksual. Untuk orang tua perlu memberikan penjelasan mengenai kerugian atau dampak negatif mengenai seks bebas, seperti, tertularnya penyakit,” jelasnya.Pendidikan seks sejak dini bisa menghindari kehamilan di luar pernikahan saat anak-anak bertumbuh menjadi remaja dan saat dewasa kelak. Menurutnya, tidak perlu tabu membicarakan seks dalam keluarga. Karena anak perlu mendapatkan informasi yang tepat dari orang tuanya, bukan dari orang lain tentang seks, yang dikuatirkan tidak benar.