BANDUNG, KOMPAS.com -- Kebutuhan akan materi kependudukan dan keluarga
berencana dalam pendidikan mendesak. Ini mengingat jumlah penduduk
Indonesia yang mencapai 237,64 juta jiwa dan tingkat kelahiran 2,6
dengan pertumbuhan 1,49 persen per tahun.
Pendidikan kependudukan
belum memasyarakat dan tidak mendapat perhatian pemerintah. Akibatnya,
sampai sekarang bentuk pelaksanaan pendidikan kependudukan belum jelas.
Hal
ini mengemuka dalam pertemuan koordinasi lintas sektor pelaksanaan
program pendidikan kependudukan antara Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementerian Agama, Rabu hingga Kamis (10/11/2011) di Bandung, Jawa
Barat.
Implementasi pendidikan kependudukan dan KB diusulkan
masuk kurikulum pendidikan dan kegiatan ekstrakurikuler mulai tahun
ajaran baru mendatang. Harapannya, akan bisa mengubah pola pikir
generasi muda. Meski masuk kurikulum, pendidikan kependudukan tidak
menjadi mata pelajaran tersendiri.
Kepala Bidang Fasilitasi
Sumberdaya Kemendikbud Dadang Sudarman mengatakan, implementasinya bisa
berupa sinergitas program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Posyandu,
atau Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah. "Di sekolah, bisa
diintegrasikan dalam mata pelajaran, masuk sebagai muatan lokal, atau
sebagai kegiatan pengembangan diri," kata Dadang.
Direktur
Pendidikan Tinggi Islam, Kemenag Dede Rosada menambahkan, pendidikan
kependudukan bisa diterapkan juga di jenjang pendidikan tinggi sebagai
mata kuliah umum dasar. "Ini bisa menjadi entry point masuknya
pendidikan kependudukan di perndidikan tinggi. Atau bisa juga diselipkan
melalui program di forum kerukunan umat beragama," kata Dede.
Sebelumnya,
Rabu malam, BKKBN meluncurkan Gerakan Perilaku Hidup Berwawasan
Kependudukan (PHBK) bekerja sama dengan Kemendikbud dan Kemenag.
Keikutsertaan masyarakat untuk menjaga keseimbangan perkembangan
penduduk dengan daya dukung lingkungan menjadi inti gerakan PHBK.
"Kepedulian pada isu kependudukan ini harus menjadi gerakan kesadaran
masyarakat," kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief.
Isu kependudukan
bukan hanya milik BKKBN tetapi seluruh masyarakat. Direktur Kependudukan
BKKBN Lalu Burhan menekankan pentingnya semua pihak untuk berbagi tugas
terutama dalam hal pendampingan pendidikan kependudukan. Upaya
pendampingan dilakukan segera setelah pendidik mendapat pelatihan
pendidikan kependudukan.
"Semua harus sharing baik tenaga maupun
biaya karena BKKBN tidak bisa bekerja sendiri. Langkah awalnya guru dan
dosen harus dilatih agar bisa dimengerti dan dipraktikkan siswa," kata
Burhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar