Maluku Utara - BKKBN : Kedengarannya sepele, namun kerap menjadi ancaman serius
di banyak daerah, bahkan juga di banyak negara. Itulah problem
kependudukan yang memiliki tingkat kompleksitas tinggi dan tak mudah
dalam menemukan pemecahannya. Kita, selama ini masih menghadapi
tantangan karena belum bisa keluar dari dilema kependudukan. Penduduk
itu sendiri, tidak bisa hanya dilihat dari kategori demografi saja tetapi juga harus diperhatikan dari kategori kualitatif yang mempunyai daya saing, agar penduduk bisa menjadi bangsa Indonesia secara utuh apalagi,
di wilayah Galcitas (tertinggal, terpencil, dan perbatasan hingga
daerah kepulauan).Berdasarkan data menunjukkan bahwa rata-rata perempuan
usia subur wilayah tersebut mempunyai anak lebih banyak, dibandingkan
dengan perempuan usia subur di daerah yang lebih maju.
Tingkat
unmet need (mereka yang ingin menjalankan program KB tetapi tidak
terlayani),tergolong cukup tinggi. Secara keseluruhan, angka unmet need
Indonesia adalah 9,1 persen dari jumlah pasangan subur yang terpantau
saat ini sekitar 50 juta jiwa lebih. Angka ini meningkat sejak tahun
2007, contohnya tahun 2003 hanya 8,1%. Hal itu terjadi
akibat akses informasi dan pelayanan KB yang sangat terbatas. Kita
ketahui bahwa akses pelayanan ke daerah terpencil sulit dijangkau,
meski demikian, BKKBN terus memberikan perhatian khusus terhadap
wilayah ini walaupun harus menelan dana yang tidak sedikit. Oleh
karena itu, kebijakan BKKBN sejak tahun belakangan ini, meningkatkan
akses layanan KB, melalui pengembangan jaringan pelayanan kesehatan
reproduksi terpadu, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan
pelayanan KB berkualitas. Upaya penggarapannya pun diarahkan pada
proses penurunan angka unmet need KB dengan memberikan perhatian khusus
pada daerah miskin dan Galcitas, termasuk wilayah pulau-pulau kecil
terluar (Outer Island).
Untuk
mewujudkannya, BKKBN bekerja sama dengan Kementerian Pembangunan
Daerah Tertinggal (KPDT), TNI-Polri, PT Pelni, dan sejumlah institusi
lainnya yang dilakukan secara terpadu. Prioritas penggarapan Program KB
di wilayah Galcitas, dengan cara meningkatkan akses layanan KB jangka
panjang, dalam upaya menekan angka kelahiran penduduk. Metode yang
diterapkan adalah kontrasepsi jangka panjang (MKJP). IUD, implant, MOP, dan MOW, termasuk KB pria (MOP). Semua ini dilakukan BKKBN, agar
masyarakat di daerah itu bisa mendapat akses yang mudah dalam
pelayanan KB. Selain itu, revitalisasi Program KB, dilakukan dengan
meningkatkan akses layanan KB melalui pengembangan jaringan pelayanan
kesehatan reproduksi terpadu, termasuk pelayanan kesehatan reproduksi
remaja dan pelayanan KB berkualitas. Inilah, salah satu upaya
menyukseskan program BKKBN dalam mendorong KB dan kependudukan di daerah Galcitas.
Masyarakat di perbatasan tidak hanya akses pelayanan KB saja yang selama ini masih kurang, melainkan
akses terhadap sarana prasarana, pendidikan, pelayanan dan fasilitas
umum pun sangat terbatas. Melalui kerjasama dengan berbagai pihak, maka
angka unmet need turun, juga berkat kerjasama dengan pemerintah daerah
di tiap-tiap provinsi. Kita berharap pemerintah daerah bisa menjadikan
Program KB sebagai prioritas, dan mendukung pusat-pusat pelayan khusus
yang digarap pula dengan khusus oleh BKKBN. Adapun penggarapan KB
sasaran khusus ini diantaranya, diarahkan ke Provinsi
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Maluku, Maluku Utara,
Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera Barat, dan
Aceh.