JAKARTA, KOMPAS.com - Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional menargetkan punya 30.000
penyuluh lapangan keluarga berencana hingga akhir tahun. Saat ini,
jumlahnya baru 24.000 petugas.
”Penambahan ini harus
didiskusikan dengan lembaga terkait agar sesuai dengan program
reformasi birokrasi,” kata Kepala BKKBN Sugiri Syarief dalam Rapat
Dengar Pendapat dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta,
Kamis (15/9).
Perekrutan itu diharapkan bisa menggantikan
petugas penyuluh lapangan keluarga berencana (PLKB) yang akan pensiun.
Keberadaannya sebagai ujung tombak penyuluhan KB sangat penting di
tengah mengendurnya semangat ber-KB masyarakat dan kompleksnya
persoalan kependudukan di Indonesia.
Dampak melemahnya program
KB sejak era Reformasi terasa dengan meningkatnya laju pertumbuhan
penduduk dari 1,45 persen periode 1990-2000 jadi 1,49 persen pada
2000-2010.
Rata-rata jumlah anak yang dilahirkan perempuan usia
15-49 tahun atau angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) tahun
2009 mencapai 2,3, meleset dari perkiraan yang hanya 2,2. Kondisi ini
akibat stagnasi TFR tahun 2002-2007 di angka 2,6.
Sugiri
mengatakan, kebutuhan PLKB sebenarnya 35.000 orang. Kondisi ini dinilai
para ahli demografi jauh dari kebutuhan ideal. Untuk 75.410
desa/kelurahan, maka 35.000 PLKB berarti satu petugas PLKB harus
mengurus 2 hingga 3 desa/kelurahan. Idealnya, tiap desa/kelurahan
memiliki seorang petugas PLKB.
PLKB di Jawa akan berhadapan
dengan banyak keluarga yang diurus akibat besarnya populasi di Jawa.
Adapun PLKB di luar Jawa akan berhadapan dengan luasnya wilayah kerja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar